Gak banyak orang menyadari arti keluarga. Bagi mereka, keluarga tak lebih hanya orang yang dekat dengan mereka sejak mereka hidup (mungkin). Waktu yang mereka miliki akan mereka habiskan jauh dari keluarga, sehingga ada timbul perilaku yang kurang peduli dengan keadaan orang di sekitarnya, rasa simpati yang tidak ada, dan emosi yang labil. Lihat, bagaimana mereka memperlakukan saudara bahkan orang tuanya!
Tidak demikian seharusnya! Keluarga adalah tempat yang paling menerima semua kurang kita, sehingga seharusnya disanalah kita berdiri dan kembalikan semua bahagia apalagi penat yang kita lalui di hari-hari kita. dan harusnyalah hormat kasih kita terlimpah sepenuhnya pada mereka.v
Pernah dengar cerita ini:
Kisah seorang anak dengan sebatang pohon apel
Awal kisah ada seorang anak kecil, yang senang sekali main dekat dengan pohon apel. Ia senang memanjat dan sekedar menggantung di rantingnya sambil makan apel dari pohon tersebut. Bila ia lelah, ia tidur di bawah rindang dan sejuknya pohon itu. Si anak sangat menyayangi pohon tersebut, begitu pula dengan pohon tersebut.
Waktu pun berlalu, dan kini si anak telah menjadi seorang remaja, sehingga ia pun sudah jarang bermain dengan sang pohon.
Suatu ketika, ia datang dengan wajah murung. Sang pohon apel mengajaknya bermain, tapi si anak menjawab, "Aku bukan anak kecil lagi, tak mungkin aku main-main di sekeliling pohon lagi," si anak diam sejenak, "Aku ingin mainan, aku butuh uang untuk membelinya!" Si pohon pun akhirnya menjawab, "Kau bisa memetik apel-apelku, dan menjualnya untuk kau belikan mainan" Tanpa pikir panjang, si anak yang kini remaja itu memetik apel-apel dari pohon tersebut. Lalu ia pergi. Sang pohon pun sedih.
Setelah agak lama, si anak yang kini telah menjadi manusia dewasa, tiba-tiba datang duduk di bawah pohon itu lagi. Wajahnya bingung. Sang pohon mengajaknya bermain lagi, tetapi ia menjawab bahwa ia tak punya waktu lagi untuk bermain, karena ia harus bekerja menghidupi keluarganya. "Aku butuh rumah untuk aku dan keluargaku, bisakah kau membantuku?" pintanya pada sang pohon. "Aku tak punya rumah, tapi kau bisa memotong ranting-ranting besarku untuk kau jadikan rumah." Tawar sang pohon. Tanpa pikir panjang, dan dengan senang hati, Ia memotong semua ranting besar dari sang pohon. Dan ia pergi dan sang pohon kembali sedih kesepian.
Lama setelah itu, pada suatu musim panas, dia kembali lagi. Tentu sang pohon sangat senang. "Ayo kita bermain," Pinta sang pohon. "Aku sudah terlalu tua, aku ingin berlayar, bersantai sendiri. Bisakah kau memberiku perahu?" jawabnya. "Aku tak punya perahu, tapi kau bisa memotong batangku untuk membuat perahu" Langsung saja dengan senangnya si Anak yang telah tua tadi memotong batang sang pohon sehingga yang tersisa hanya akarnya. Dia pun pergi setelah mendapatkan perahu yang diinginkannya. Sang akar hanya diam.
Setelah bertahun-tahun, dia kembali.
"Maaf, Nak. Aku sudah tidak punya apa-apa lagi untukmu," kata sang pohon, "tak ada lagi apel untukmu"
"Tak apa, aku sudah tak punya gigi untuk menggigitnya,"
"Tak ada batang untuk kau naiki,"
"Aku terlalu tua untuk memanjat."
"Tapi aku benar-benar sudah tak punya apa-apa untukmu, hanya akar yang sudah tua ini yang ku punya"
"Tak masalah, aku sudah terlalu lelah, aku hanya ingin istirahat."
"Kalau begitu, berbaring dan istirahatlah di akarku, akan sangat nyaman di sana."
Orang itu duduk, berbaring, dan tersenyum.
Lihatlah, orang itu layaknya kamu, dan pohon itu adalah orang tua dan keluargamu ...
taken from: Blog Kakak Gw